Selasa, 31 Agustus 2010

Libur Panjang, Investor Malas Beli Saham

Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) diprediksi tetap rawan tekanan jual pada transaksi hari ini, Rabu 1 September 2010.
"Sepertinya, pemodal malas mengambil posisi beli saham seiring antisipasi liburan panjang," kata Gifar Indra Sakti, analis PT Sucorinvest Central Gani kepada VIVAnews di Jakarta.

Dia memproyeksikan, IHSG hari ini berpotensi bergerak menuju kisaran level batas bawah (support) 3.060 dan batas atas (resistance) 3.102.

Pada transaksi Selasa 31 Agustus 2010, indeks kembali negatif setelah terkoreksi 17,68 poin atau 0,58 persen ke level 3.082,91 dari perdagangan Senin 31 Agustus 2010, yang turun tipis di posisi 3.009,56 atau melemah 5,16 poin (0,17 persen).

Indeks bursa Asia saat IHSG ditutup juga bergerak negatif. Indeks Hang Seng melemah 200,73 atau 0,97 persen di posisi 20.536,49, Nikkei 225 terkoreksi 325,20 poin (3,55 persen) ke level 8.824,06, dan Straits Times turun 6,73 poin atau 0,23 persen menjadi 2.950,33.

Sementara itu, bursa Wall Street pada perdagangan Selasa sore waktu New York atau Rabu dini hari WIB bergerak variatif. Indeks harga saham Dow Jones naik 4,99 poin (0,05 persen) menjadi 10.014,72 dan Standard & Poor's 500 menguat 0,41 poin atau 0,04 persen ke level 1.049,33, tetapi indeks harga saham teknologi Nasdaq turun 5,94 poin (0,28 persen) di posisi 2.114,03.

Gifar berpendapat, IHSG hari ini berpeluang tertekan lagi. Pasalnya, pengaruh regional yang cenderung negatif masih mengikuti pergerakannya. "Antisipasi libur panjang juga membuat pemodal malas mengambil posisi beli," ujarnya.

Kendati demikian, dia mengakui, pengumuman laju inflasi Agustus yang akan dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) awal September ini tidak begitu memiliki pengaruh ke lantai bursa.

Namun, Gifar menuturkan, secara teknis mengindikasikan IHSG terkoreksi kembali. Sebab, terlihat dari indikator stochastic oscillator bergerak turun dan moving average (MA) membentuk dead cross yang mengartikan pelemahan berlanjut.

Ia menyarankan, sebaiknya investor merealisasikan keuntungan terlebih dahulu terutama pada saham-saham di sektor pertambangan karena harga komoditas yang stagnan (flat).
• VIVAnews

0 komentar:

Posting Komentar