Banjir bandang ponsel China ke Tanah Air memang bak tak terbendung. Mari simak catatan Asosiasi Importir Seluler Indonesia (AISI) awal Mei lalu sebagaimana dilansir Kontan.
Selama kuartal pertama (Q1) tahun ini, Indonesia sudah digenangi 9,6 juta unit ponsel. Angka itu sama saja dengan 80 persen dari total impor ponsel Q1 sebanyak 12 juta unit.
Lalu, kalau dibandingkan Q1 setahun lalu, angka impor kali ini melonjak 52,4 persen. Pada 2009, di periode sama, ponsel impor China itu nangkring di posisi 6,3 juta unit.
Kemudian, dalam hitung-hitungan total, jumlah impor ponsel yang masuk ke Indonesia selama tiga bulan pertama 2010 naik 14,3 persen dibanding periode sama 2009. Angkanya, dari 10,5 juta unit menjadi 12 juta unit.
Ponsel China boleh dikata, menjadi ikon di tengah konsumen Indonesia yang sensitif harga. Dilepas dengan banderol rata-rata paling mahal sejutaan sebiji, ponsel China pun masuk akal kalau jadi laris manis. Meski, harap dicatat, ponsel Negeri Tembok Raksasa lazimnya memang berumur pendek. Cuma empat tahun. Sesudah itu, zaijian, selamat tinggal!
Kendati demikian, gempuran ponsel China tersirat dan tersurat menggoyang juga kemapanan "saudara-saudara" asal Korea Selatan dan Eropa. Maka, sekarang, persaingan pun marak. Pembenahan sana-sini juga makin kentara. Salah satunya, di segmen pelayanan purnajual (after sale service) kepada konsumen.
Fokus
"Ada tiga fokus kami untuk layanan after sale service ponsel," begitu Customer Service Manager PT LG Electronics Indonesia (LGEIN) Rully Sujarko mengawali pemaparannya pada pembukaan perdana LG Mobile Service Center di ITC Roxi Mas, Jakarta, pada Selasa (25/5/2010).
Pertama, pemisahan layanan purnajual ponsel dari divisi sebelumnya yang bersatu dengan produk elektronik LGEIN lainnya, menurut Rully menegaskan pilihan pada fokus tersebut.
Kedua, dengan pilihan berdiri sendiri, pembangunan citra bagi produk ponsel LGEIN di mata konsumen makin menguat. Terakhir, pemisahan merupakan tantangan untuk memperbanyak jaringan.
Lebih lanjut, Rully yang kala itu didampingi oleh Mobile Communications Service Planning LGEIN Sulistyo mengatakan hingga akhir tahun ini, pihaknya mematok target membuka sepuluh pusat layanan di seluruh Indonesia. Lima yang paling awal, termasuk di Roxi, adalah gerai di Cempaka Mas (Jakarta), Bandung Electronic City (Bandung), World Trade Center (Surabaya), dan MTC Karebosi (Makassar).
Sementara itu, masih menurut Rully, pihaknya sudah menggelontorkan sekitar 40.000 dollar AS untuk gerai di Roxi. "Dalam sebulan kami melayani perbaikan seribu ponsel LG," katanya menambahkan.
Menurut Rully lebih lanjut, ada 5.000 ponsel LG per bulan yang dilayani di pusat layanan purnajual seluruh Indonesia. Angka itu setara 1,1 persen dari total produksi ponsel LG di Indonesia.
Berikutnya, terkait dengan perbaikan, kebanyakan konsumen, terang Rully, meminta pelayanan untuk penyetelan ponselnya ke internet dan sinkronisasi dengan komputer personal. "Keluhan lainnya yang menyangkut suku cadang adalah penggantian pengeras suara ponsel. Tapi, itu kecil jumlahnya," demikian Rully.
Sumber : kompas
Selasa, 25 Mei 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar