Polisi antihuru-hara terpaksa menggunakan semprotan air, Senin (21/6), untuk membubarkan kerumunan warga yang marah karena pemadaman listrik yang berkepanjangan di kota Nasiriyah, bagian selatan Irak.
Suhu yang panas saat ini di sekitar Irak membuat penggunaan listrik melampaui kapasitas yang tersedia.
Aksi protes sekitar 1.000 warga di kota Nasiriyah itu terjadi dua hari setelah aksi protes serupa, yang kemudian berubah menjadi aksi kekerasan, menewaskan dua orang dan dua lainnya cedera setelah polisi melepaskan tembakan di Basra.
Pertikaian fisik sempat terjadi ketika sejumlah demonstran berusaha memasuki gedung Dewan Provinsi. Pemrotes juga melemparkan batu dan tongkat kayu sambil menyerukan agar Menteri Perlistrikan Irak mundur.
Kerusuhan itu telah meningkatkan kekhawatiran semakin meningkatnya kemarahan publik karena tidak tersedianya fasilitas umum dasar, dan hal itu bisa menghancurkan upaya untuk menstabilkan Irak.
”Kami akan meneruskan demonstrasi-demonstrasi ini sampai tuntutan kami dipenuhi. Kami menyerukan kepada seluruh rakyat Irak untuk menggelar demonstrasi untuk revolusi perlistrikan ini,” kata Basil Sabah (40), seorang pegawai pemerintah di direktorat pendidikan, yang ikut serta dalam demonstrasi di hari kedua itu.
Juru bicara kementerian perlistrikan, Musab al-Mudaris, menyalahkan ketiadaan listrik itu kepada pejabat-pejabat Nasiriyah dan lembaga-lembaga pemerintahan lainnya.
Dia menolak berkomentar terhadap tuntutan agar Menteri Perlistrikan Karim Waheed mengundurkan diri.
Sumber : kompas
Senin, 21 Juni 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar